0
0
Krisis air di India telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan, diperburuk oleh perubahan iklim yang memicu pola monsun yang tidak teratur dan kekeringan berkepanjangan. Sekitar 600 juta penduduk India menghadapi tekanan air yang ekstrem, mengancam pertanian, industri, dan kesehatan masyarakat. Menyadari skala bencana ini, Pemerintah India mulai mengalihkan fokus dari proyek bendungan skala besar ke solusi yang lebih berkelanjutan dan berbasis teknologi.
Salah satu strategi kunci adalah implementasi irigasi cerdas, khususnya di daerah pedesaan yang sangat bergantung pada pertanian. Teknologi seperti sensor kelembaban tanah (IoT), irigasi tetes, dan penggunaan analitik Big Data kini mulai diterapkan untuk memantau penggunaan air secara real-time dan meminimalkan pemborosan. Program ini bertujuan untuk mengurangi penggunaan air irigasi hingga 30-50%, sambil meningkatkan hasil panen.
Namun, tantangan terbesar adalah adopsi teknologi oleh petani kecil yang memiliki keterbatasan sumber daya dan literasi digital. Oleh karena itu, inisiatif ini sering kali didukung oleh kemitraan publik-swasta yang menyediakan pelatihan, subsidi alat, dan layanan konsultasi berbasis AI untuk menentukan jadwal tanam dan irigasi optimal. Upaya ini merupakan pergeseran paradigma dari manajemen suplai air ke manajemen permintaan air.
Langkah-langkah ini, meskipun lambat, menunjukkan komitmen India untuk menjadikan air sebagai prioritas keamanan nasional. Dengan menggabungkan teknologi modern dengan pengetahuan tradisional, India berharap dapat memastikan ketahanan air dan pangan bagi populasinya yang terus bertambah, menjadikannya model potensial bagi negara-negara Asia Selatan lainnya yang menghadapi situasi serupa.
