Diplomasi Air: Negara-Negara yang Berebut Sungai Perbatasan

Diplomasi Air: Negara-Negara yang Berebut Sungai Perbatasan

0 0
Read Time:1 Minute, 33 Second

Air adalah sumber daya paling vital di dunia. Namun, ketersediaannya semakin terbatas akibat perubahan iklim, populasi yang meningkat, dan polusi. Situasi ini melahirkan diplomasi air, yaitu negosiasi antarnegara untuk mengatur hak dan penggunaan sumber daya air, khususnya sungai lintas batas.

Contoh nyata adalah Sungai Nil di Afrika. Mesir, Sudan, dan Ethiopia terlibat konflik karena pembangunan Bendungan Renaissance oleh Ethiopia. Mesir khawatir pasokan airnya berkurang, sementara Ethiopia melihat bendungan sebagai kunci pembangunan listrik nasional. Ketegangan ini bahkan memicu ancaman militer, menunjukkan betapa vitalnya air untuk stabilitas negara.

Di Asia, Sungai Mekong menjadi sumber konflik antara Tiongkok, Laos, Kamboja, Thailand, dan Vietnam. Bendungan-bendungan raksasa yang dibangun Tiongkok di hulu sungai menyebabkan debit air berkurang di negara hilir, mengancam pertanian dan perikanan. Diplomasi Mekong menjadi rumit karena ada kepentingan ekonomi, politik, dan keamanan.

Selain itu, Sungai Indus yang mengalir antara India dan Pakistan juga menjadi titik konflik. Kedua negara punya perjanjian sejak 1960, namun ketegangan politik sering kali mengguncang kesepakatan tersebut. Di Timur Tengah, sungai Tigris dan Efrat juga memicu perselisihan antara Turki, Suriah, dan Irak.

Diplomasi air tidak hanya soal konflik, tapi juga soal kerja sama. Beberapa negara berhasil menciptakan mekanisme berbagi air yang adil. Contohnya, perjanjian Sungai Senegal yang mengatur pemanfaatan air antara Mali, Mauritania, dan Senegal. Kerja sama seperti ini membuktikan bahwa diplomasi air bisa menjadi alat perdamaian.

Namun, ancaman perubahan iklim bisa memperburuk situasi. Kekeringan lebih sering terjadi, sementara banjir ekstrem menghancurkan infrastruktur. Negara yang tidak siap bisa kehilangan ketahanan pangan dan energi, sehingga rentan konflik.

Pakar menyebut abad ke-21 sebagai “abad diplomasi air.” Negara-negara harus belajar berbagi sumber daya dengan adil, atau bersiap menghadapi konflik bersenjata akibat air. Air bukan hanya kebutuhan dasar, tapi juga senjata politik dan alat negosiasi global.

Apakah diplomasi air bisa membawa dunia ke arah kerja sama atau konflik? Itu bergantung pada seberapa bijak negara mengutamakan kepentingan bersama daripada ego nasional.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %

Average Rating

5 Star
0%
4 Star
0%
3 Star
0%
2 Star
0%
1 Star
0%