Ekosistem e-commerce Indonesia saat ini didominasi oleh marketplace generalis—”toko serba ada” raksasa seperti Tokopedia, Shopee, dan Lazada yang menjual segala sesuatu, dari elektronik hingga popok bayi. Mereka menang berkat kenyamanan, logistik, dan perang harga.
Namun, sebuah tren baru mulai muncul: kebangkitan marketplace niche atau vertikal. Ini adalah platform yang fokus pada satu kategori spesifik. Contohnya, marketplace khusus untuk produk kecantikan (seperti Sociolla), marketplace untuk bahan bangunan, atau marketplace untuk produk UMKM kerajinan tangan.
Kekuatan marketplace niche terletak pada kurasi dan keahlian. Mereka menawarkan pengalaman belanja yang lebih terfokus, jaminan keaslian produk (karena rantai pasoknya terjaga), dan konten komunitas yang relevan. Konsumen yang mencari produk kecantikan, misalnya, lebih percaya pada ulasan di platform khusus kecantikan daripada di marketplace umum.
Para raksasa generalis menyadari ancaman ini. Mereka merespons dengan menciptakan “mal” khusus di dalam platform mereka, seperti “Tokopedia Beauty” atau “Shopee Mall”, untuk meniru pengalaman terkurasi yang ditawarkan pemain niche. Ini adalah pertarungan antara kenyamanan “satu atap” melawan keunggulan “spesialis”.
Di masa depan, kedua model ini kemungkinan akan hidup berdampingan. Konsumen akan membeli barang-barang komoditas (kebutuhan sehari-hari) di marketplace generalis karena harga dan kecepatan. Tetapi untuk barang-barang yang membutuhkan kepercayaan tinggi, keahlian, dan pengalaman (seperti hobi, barang mewah, atau kecantikan), mereka akan beralih ke pemain niche.

